Tugas: makalah Bahasa Indonesia
Matra
Dalam Bahasa Bugis
DI SUSUN OLEH :
NUR AMALIA
JURUSAN SYARIAH
EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SULTAN QAIMUDDIN KENDARI
2012
BAB II
PEMBAHASAN
[1]Mantra diambil
dari kata sansekerta yaitu "mantra" atau "manir"
yang merujuk pada kata-kata dalam kitab suci umat Hindu, Veda. Dalam masyarakat
Melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, atau seru adalah
sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi yang mengandung unsur sihir dan
ditujukan untuk mempengaruhi atau mengontrol sesuatu hal untuk memenuhi
kenginan penuturnya. Antara lain, mantra merupakan ayat yang dibaca untuk
melakukan sihir, yaitu melakukan sesuatu secara kebatinan, seperti menundukkan
musuh, melemahkan musuh, atau memikat wanita.
Selain itu mantra
dianggap memiliki kekuatan gaib yang luar-biasa yang memungkinkan pembacanya
mengontrol seseorang atau alam.
Adapun ciri-ciri mantra adalah Mantera yang berbentuk puisi, isi dan konsepnya mencerminkan kepercayaan masyarakat waktu itu, dibuat untuk satu tujuan tertentu.
Adapun ciri-ciri mantra adalah Mantera yang berbentuk puisi, isi dan konsepnya mencerminkan kepercayaan masyarakat waktu itu, dibuat untuk satu tujuan tertentu.
ciri-ciri mantra pada umumnya adalah:
- Mantra terdiri dari beberapa rangkaian kata berirama.
- Isinya berhubungan dengan kekuasaan gaib
- Mantra diamalkan dengan memiliki tujuan tertentu.
- Mantra diwarisi dari perguruan atau melalui cara gaib seperti menurun / keturunan atau mimpi.
Biasanya membutuhkan pengamalnya
yakin keras, dan jika pengamalnya merasa kurang keyakinan, Mantra akan menjadi
tawar / tidak bereaksi dan tidak efektif.
[2]Mantra bisa diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti
rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh
dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain (Kamus Besar Bahasa
Indonesia: 2001).
Dalam sastra Melayu lama, kata lain untuk mantra adalah /jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru /dan /tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu, sebagaimana pantun dan syair.
Dalam sastra Melayu lama, kata lain untuk mantra adalah /jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru /dan /tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu, sebagaimana pantun dan syair.
Hanya saja,
penggunaannya lebih eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu
saja, seperti pawang dan /bomoh /(dukun). Menurut orang Melayu, pembacaan
mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih
tujuan-tujuan tertentu.
Secara
umum, mantra dapat dibagi ke dalam empat jenis berdasarkan tujuan pelafalannya,
yaitu :
(1), mantra untuk pengobatan;
(2), mantra untuk ?pakaian? atau pelindung diri;
(3), mantra untuk pekerjaan; dan
(4), mantra adat-istiadat (Majelis Peperiksaan Malaysia: 2005).
(1), mantra untuk pengobatan;
(2), mantra untuk ?pakaian? atau pelindung diri;
(3), mantra untuk pekerjaan; dan
(4), mantra adat-istiadat (Majelis Peperiksaan Malaysia: 2005).
Dari segi bentuk,
mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang
tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap
baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus yang sukar
dipahami.
Adakalanya, dukun
atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang ia baca; ia
hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannya.
Dari segi penggunaan,
mantra sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya
dianggapa keramat dan tabu. Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau
pawang, kemudian diwariskan kepada keturunan, murid ataupun orang yang ia
anggap akan menggantikan fungsinya sebagai dukun.
Kemunculan dan
penggunaan mantra ini dalam masyarakat Melayu, berkaitan dengan pola hidup
mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Oleh sebab itu, semakin
modern pola hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka
mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka.
[3]Contoh Mantera dalam Suku Bugis
Saya akan
membagikan salah satu dari mantera tersebut:
oooo
anging, laoko muollirengnga i…. (menyebut nama
wanita yang diinginkan)
narekko
mupolei matinro paotorengngga’
narekko
moto’ni patudangekka’
narekko
tudanni patettongekka’
narekko
tettonni pajokkangekka lao mai
iyapa
namanyameng nyawana nerekko iya naita
kunfayakun
barakka’ Lailaha Illal
Artinya kira-kira
begini:
oh angin,
pergilah engkau memanggilkan si ….(menyebut nama
wanita yang diinginkan)
jika engkau
temui dia sedang tertidur, bangunkanlah
jika telah
bangun, dudukkanlah
jika telah
duduk, berdirikanlah
jika telah
berdiri, jalankanlah ia kemari
barulah
perasaannya akan nyaman jika dia melihatku
kunfayakun
, semua ini berkat Lailaha Illalah
4
Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas
kehadirat Allah swt yang telah memberikan kita kesehatan serta nikmat iman dan
nikmat islam sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia ini.
Tak lupa juga kita junjungkan salawat serta slam kepada Rasulullah saw,beserta
sahabat dan keluarganya sehingga kita erada di tempat yang damai seperti saat
ini.
Dalam
makalah ini terdapat berbagai penjelasan tentang pengertian matra,ciri-ciri
mantra dan contoh mantra dalam suku bugis. Sehingga kurang lebihnya kita dapat
mengerti apa akan dibahas dalam makalah ini.
Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang telah
memberikan dorongan dan motivasi kepada kami sehingga Makalah ini dapat
selesai. Di sini kami ingin menyampaikan, jika seandainya dalam penulisan
Makalah ini terdapat hal–hal yang tidak sesuai dengan harapan. Maka kami
sebagai penulis dengan senang hati menerima masukan, kritikan, dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini. Semoga apa yang
kami paparkan dalam Makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi pembaca.
Kendari,
4 Oktober 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR
ISI....... ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang......................................................................................................... iii
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................................... iii
1.3
Tujuan...................................................................................................................... iii
1.4
Manfaat.................................................................................................................... iii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Mantra....................................................................................................... 1
2.2 Kegunaan
Mantra.........................................................................................................
2.3 Contoh Mantra.............................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.. .................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................................
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belum
adanya pemahaman tentang pengertin mantra serta kegunaannya yang terdapat dalam
berbagai keaneka ragaan suku dan budaya dalam negara Indonesia.
1.2.
Rumusan Masalah
a)
Apa
pengertian Mantra?
b)
Bagaimana
penggunaannya?
c)
Apa
ciri-ciri Mantra?
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Mantra.
b. Untuk mengetahui isi dan kegunaan mantra tersebut.
iii
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kumpulanistilah.com/2011/08/pengertian-mantra.html
(akses 31 Oktober 2012)
http://jalod.wordpress.com/about/
(akses 31 Oktober 2012)
http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion/
(akses 31 Oktober 2012)
6
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mantra bisa dikatakan jampi atau bacaan yang berada dalam dat melayu.
Dalam setiap daerah mempunyai ciri mantra tersendiri m, misalnya pada daerah
atau suku bugis yang mempunyai mantra pemikat wanita . Adapun fngsi dari mantra
itu sendiri yaitu dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh
dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggapa keramat dan tabu. Mantra
biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan kepada
keturunan, murid ataupun orang yang ia anggap akan menggantikan fungsinya
sebagai dukun.
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis sadar masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena iu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat dibutuhkan oleh penulis agar kedepannya lebih baik lagi.
5